Selamat Ulang Tahun #5thGDM
DUDUK di Balai Desa Gebangsari, Kecamatan Tambak, Banyumas, istri saya
bertanya sembari berbisik. "Apa sih GDM itu?". Saya yang baru kali
pertama ikut acara Gerakan Desa Membangun (GDM) menjawab sekena saya "GDM
itu LSM yang bergerak di pemberdayaan masyarakat desa,". Betulkah jawaban
saya? Ternyata SALAH.
Hal yang sama juga tersirat dari pemahaman Camat Tambak, Dwi Irianto.
Kami yang sama-sama menghadiri acara peringatan HUT kelima Gerakan Desa
Membangun (GDM) di Balai Desa Gebangsari pada Sabtu (24/12) kemarin mendapat
gambaran apa itu GDM. Saat memberikan sambutan, camat yang mewakili Bupati
Banyumas ini berseloroh kebingungan tatkala hendak menyampaikan selamat ulang
tahun kelima GDM.
"Kami tidak memiliki AD ART seperti organisasi, juga tidak ada
pengurusnya. GDM ya sebuah gerakan," kata Bayu Setyo Nugroho, sesepuh GDM
yang memberikan sambutan dalam pembukaan acara. Jawaban sederhana dan lugas ini
mudah dicerna, namun bagi saya ini masih 'nggrambyang'. Saya malah jadi
bertanya-tanya.
"Lalu apa GDM itu semacam paguyuban atau forum?," pertanyaan
dalam benak saya.
Refleksi dan Resolusi
Peringatan HUT kelima kemarin diadakan jauh dari desa kelahiran GDM,
yakni Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas. Desa Melung berada di
kaki Gunung Slamet lereng selatan sedangkan lokasi Desa Gebangsari, Kecamatan
Tambak berbatasan dengan Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Jaraknya puluhan
kilometer. Meski demikian, acara syukuran dan hiburan HUT kelima ini tetap
menarik bagi puluhan anggota, relawan, dan simpatisan GDM. Yang datang tak
hanya dari pelosok desa se-Banyumas, tapi didatangi juga perwakilan dari
Kebumen, Cilacap, dan Purbalingga, bahkan ada yang datang dari Jakarta.
Keterangan yang dihimpun, GDM lahir 24 Desember 2011 lewat Lokakarya Desa. Kegiatan itu diikuti oleh Desa Melung,
Karangnangka, Kutaliman, Dawuhan Wetan (Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas) dan
Desa Mandalamekar ( Kecamatan Jatiwaras, Tasikmalaya). Desa Melung menjadi tuan
rumah lokakarya.
Cerita Kepala Desa Melung, Khoerudin
dalam sarasehan, pendirian GDM dimulai sekitar tahun 2008/2009. Saat itu,
diawali kesadaran ketimpangan akses informasi antara desa dan kota. Kemudian
inisiatif Kades Melung saat itu, Budi Satrio memasang dan memancarkan hotspot
di lokasi tertentu di desa. Perkembangan selanjutnya, perangkat desa mulai
berlatih memanfaatkan internet dan komputer yang kemudian meluas menjadi desa
melek internet.
Menurut saya, GDM merupakan gerakan menggugah kesadaran dari dalam untuk
menggerakan masyarakat dan perangkat desa guna membangun desa. GDM lahir
jauuuuh sebelum UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa lahir. Jauuuh sebelum desa
dipandang 'seksi' dan jadi 'rebutan'.
Kini, GDM yang diperkuat oleh relawan teknologi, informasi, dan komputer
(RTIK) Kominfo dan relawan dari Yayasan Gedhe Foundation telah menginspirasi
desa-desa di lain daerah. Sumbangsih GDM bagi NKRI diantaranya adalah domain
desa.id. Domain ini adalah produk nyata dari keberadaan GDM yang turut
mendukung mengimplementasian Sistem Informasi Desa (SID). Satu di antaranya
adalah karya website desa.
"Website desa ibaratnya 'kantor desa' di dunia maya. Lewat portal
informasi desa, warga desa di luar daerah bisa mengetahui kabar desa. Pun
potensi desa bisa dipromosikan menarik investor atau calon pembeli di luar
desa," kata Yossy Suparyo, pokja Kemendesa saat pelatihan SID di Desa
Wiradadi, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, baru-baru ini. Saat pelatihan itu, Yossy
mencontohkan Desa Wiradadi menjual secara daring (online) batu bata seharga Rp
600 dan ubi kayu hasil panen petani setempat.
Kini sudah banyak desa-desa yang memiliki website desa. Pengembangan
website desa pun menjadi prioritas penggunaan Dana Desa 2017. Seperti
disebutkan dalam Permendesa dan PDT Nomor 22 Tahun 2016, website desa masuk
bidang prioritas Pembangunan Desa dalam sub Pengadaan, Pembangunan,
Pemanfaatan, dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Informasi dan Komunikasi.
Meski demikian, pengelolaan website di beberapa desa masih menemui ada kendala
di antaranya soal konten atau mengisi website dengan informasi berita desa yang
berkesinambungan. Dalam hal ini perlu pelatihan dan pembiasaan menulis.
Kembali ke GDM. Soep, moderator acara diskusi HUT kelima GDM, mengajak
refleksi perjalanan GDM serta resolusi di 2017. Dengan mengangkat tema 'Tetap
dalam Kebersamaan, Mewujudkan Desa yang Mandiri dan Maju' menyimpulkan ada tiga
hal yang akan menjadi prioritas di tahun depan. Pertama, pembenahan basis data
terpadu di desa. Kedua, pengelolaan website desa. Terakhir, mendukung
transparansi pembangunan di desa.
So..sampai akhir acara, sya menemukan jawaban dari pertanyaan soal apa
itu GDM? Disebut organisasi ya bukan, karena tidak ada pengurus dan ketua, juga
tidak ada AD/ART layaknya organisasi. Disebut paguyuban, juga tidak sepenuhnya
benar. Karena paguyuban identik berangkat dari kesamaan anggota, sementara di
GDM banyak berisi relawan, simpatisan, dan perangkat desa. Yang saya pahami
adalah, apapun bentuk atau wadahnya, gerakan ini dirasa memberikan banyak
manfaat. Khususnya, bagi pelaku pembangunan di desa, seperti perangkat desa.
Melalui forum group discussion (FGD), perangkat desa bisa bertukar pengalaman,
menimba ilmu, dan sharing pengetahuan untuk membangun desa. Merasakan
manfaatnya, diakhir sambutan, pak camat bertanya kepada Ketua Panitia HUT
kelima GDM, Rokhmad, yang juga menjabat ketua paguyuban kepala desa
se-Kabupaten Banyumas. "Apakah semua desa sudah ikut gabung GDM? Kalau
belum, semoga bisa bergabung," harapnya.
Akhirnya, selamat HUT ke-5 GDM. Terus dalam Kebersamaan (**)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar