Entri Populer

Rabu, 26 Oktober 2016

Diskusi Jadi Ciri Utama Pembelajaran Pratugas


Suasana diskusi di kelas 1. Hasil diskusi ditulis di atas plano.

SEKADAR mengisi waktu istirahat. 
Saya pengin nulis serba-serbi pratugas Pendamping Desa Provinsi Jawa Tengah. 
Banyak hal ringan yang istilahnya 'Dibuang sayang' yang pengin saya tulis. Tak coba dari peristiwa harian yang terjadi di kelas. Saya rasa, di kelas lain juga ditemui peristiwa ini.

Seperti diketahui, pratugas ini digelar 12 hari. Waktu yang lumayan tidak sebentar, terutama bagi kami yang sudah berkeluarga. Meninggalkan anak-istri di rumah menimbulkan rasa kangen tiada terkira. Tapi demi pelatihan, tak apalah. Sabar menunggu sampai pelatihan usai 4 November 2016 mendatang.

Hari keempat pratugas, Rabu (26/10). Seperti hari yang sudah terlewat, proses transfer materi di kelas berjalan interaktif. Pelatih dan peserta sama-sama aktif. Tidak terkesan menggurui, namun bernuansa sharing, bertukar pendapat dan gagasan. 

Saya berada di kelas 1 di Quest Hotel, Semarang. Di daftar hadir ada 32 nama, namun yang terlihat hadir ada 28 peserta saja. Mungkin 4 orang lainnya sudah mundur, atau alasan lain. Di kelas, kami diampu oleh tiga pemateri yakni Apriyanto (TA-PP Kab. Semarang), Sumirat Cahyo (TA-PED Kab. Grobogan), dan Sunarlan (TA-ID Kab. Sukoharjo). Proses pembelajaran berlangsung dari jam 08.00-17.30 WIB. Woow...

Pendidikan orang dewasa diterapkan dalam pembelajaran. Pemateri menekankan yang dibutuhkan adalah persamaan persepsi. Sehingga saat di lapangan nantinya, ada kesamaan visi dan langkah.

"Teman-teman itu ibarat gelas yang sudah ada isinya. Ada gelas yang berisi air teh, ada gelas berisi kopi, ada gelas berisi air putih dan lainnya. Tentunya, isi gelas tidak dibuang namun dibuat agar yang sudah ada isinya itu tetap bermanfaat. Disinilah perlunya persamaan persepsi dalam memahami UU Desa," kata Mas Apriyanto dengan penuh semangat.

Biar tidak mengantuk pelatih kadang melempar joke atau guroan. Suasana jadi segar dan tidak terlihat ada peserta yang mengantuk.

Diskusi menjadi kebiasaan rutin. Kadang pemateri melempar pertanyaan dan kemudian didiskusikan. Kelaspun dibentuk dalam berbagai kelompok. Hasil pengerjaan kemudian ditulis tangan di atas kertas plano (kertas lebar/tipis). Saking banyaknya plano, papan sekat dan dinding ballroom nyaris penuh tempelan plano.

Semoga dengan seringnya diskusi serta pembelajaran ini membuat kami para pendamping desa paham dan menguasai materi.

SALAM MERDESA.


Tidak ada komentar: